MEWUJUDKAN ASTA CITA DENGAN ECOLITERASI

MEWUJUDKAN ASTA CITA DENGAN ECOLITERASI

Oleh: Ariyani Purwaningsih

(Pengurus Bidang Diklat dan Pengkajian GBL Sidoarjo)


             TERGELITIK tulisan Ketua GBL di awal Desember 2025. Tulisan bertajuk Menulis dan Hukum Inersia, serasa membaca diri sendiri. Tamparan halus penuh kasih sayang dan rasa cinta. Tersinggung? Jelas lah. Masak enggak. Karena tersinggung itu, segera nyruput wedang jahe tanpa gula, kemudian buka laptop. Berusaha menggumpulkan huruf yang berlarian. Mencoba menyusunnya menjadi kata dan kalimat. Sembari berharap, semoga menjadi tulisan yang enak dibaca dan enak dirasa.

            Saya buka kembali buku kecil berisi jurnal harian. Tempat menuliskan berbagai kegiatan yang harus saya lakukan. Dan ternyata ... agenda menulis itu nyaris tak tertulis, Esmeralda! Terbayang beberapa waktu lalu berbagai jadwal event menulis saya ikuti. Berkejaran dengan date line dan beragam tema. Tiba-tiba mandeg greg. Hadududuh...

            Tiba-tiba tsunami hati dan galodo perasaan menggelegak. Kembali bangkit dari keterlenaan tugas dan kesibukan lain. Kembali pada kesunyian dan ketenangan hati. Menjaring ide. Menuang makna. Berbagi pengalaman dan praktik baik. Mari kita mulai.

            Bapak Presiden mencanangkan asta cita yang berisi delapan keinginan yang akan diwujudkan pada masa kepemimpinan beliau. Asta cita tersebut terdiri dari:

1.    Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM).

2.    Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.

3.    Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur.

4.    Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.

5.    Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.

6.    Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.

7.    Memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba.

8.    Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan Makmur

Sebuah keinginan yang patut kita dukung untuk mewujudkannya. Sesuai dengan kondisi lingkungan kita. Berawal dari membaca asta cita Bapak Presiden, saya mencoba mewujudkannya di sekolah kami. Sebuah sekolah kecil dengan halaman tidak terlalu luas. Namun kami punya keinginan besar memaksimalkan fungsinya. Terutama untuk ketahanan pangan dan pengelolaan lingkungan. Walhasil saya mulai mencari suatu relasi antara literasi dan lingkungan.

            Dari sana saya mencoba membaca dan memahami istilah ekoliterasi. Ekoliterasi adalah pemahaman komprehensif tentang hubungan manusia dengan lingkungan alam, mencakup pengetahuan, sikap, da motivasi untuk hidup berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk membangun kesadaran dan tindakan yang mendukung keseimbangan ekosistem demi kesejahteraan manusia dan generasi mendatang.

            Setelah mengamati dan berdiskusi dengan tim, akhirnya kami menemukan beberapa kegiatan kecil untuk mewujudkan mimpi besar itu dengan langkah-langkah kecil yang mudah-mudahan istikamah. Mimpi mewujudkan asta cita dengan ekoliterasi. Diantaranya adalah Bule Damber, Tasalampo, Taogalah, Bunding dan Tampah Jaga.



                Kami meyakini bahwa ada hukum kausalitas dalam relasi kita dengan alam. Bila kita baik dengan alam, maka alam juga akan baik dengan kita. Jika kita mau merawat alam, maka alam akan juga menjaga kita. Karena segala hal yang terjadi di dunia sesungguhnya adalah sebuah rangkaian sebab akibat. Hanya saja seringkali kita berteriak lantang memprotes sesuatu ketika akibat itu terasa menyakitkan. Namun kita abai penyebab lahirnya sebuah akibat. Gelem njiwit, ning ora gelem dijiwit. Bukankah demikian Esmeralda?

            Karena itu, kami berupaya memberikan pengetahuan dan keterampilan pada anak-anak kami yang kelak harus menjalani hidupnya sendiri di masa depan. Utamanya menumbuhkan jiwa kewirausahaan atau enterpreneur dan kepedulian pada alam. In sya Allah hal itu akan membuat mereka mampu bertahan di kehidupan masa depan. Mungkin saat ini terasa seperti mimpi, namun kelak akan menjadi salah satu keterampilan hidup  bagi mereka.

            Mari kita simak deskripsi kegiatan kecil kami. Yang pertama adalah bunding. Akronim dari kebun dinding. Karena halaman yang sempit, kami berupaya membuat kebun dinding. Kebun dinding ini terbuat dari paralon yang diberi lubang untuk menanam. Selanjutnya paralon tersebut ditempelkan di dinding. Setelah itu diberi tanaman bunga untuk mempercantik halaman. Bunga yang dipilih adalah bunga krokot. Dengan pertimbangan daya tahannya bagus, mudah hidup, dan bunganya rutin bermekaran setiap hari.

            Selanjutnya adalah Bule Damber. Akronim dari Budidaya Lele Dalam Ember. Kegiatan ini merupakan kerjasama dengan Fish Boster, Sedati. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengenalkan pada anak budidaya ikan pada lahan sempit dengan menggunakan ember. Keterampilan hidup yang kami kembangkan adalah kemampuan untuk memelihara, merawat, dan memanen hasil serta mengolahnya. Dari tangan anak-anak bisa dihasilkan lele krispi, bakso ikan dan abon lele. Mengenai rasa jangan diragukan. Cocoklah untuk lawuh makan siang. Enak dan gurih.

            Kegiatan lainnya adalah Taogalah dan Tasalampo. Taogalah adalah akronim dari Tanaman Obat Warga Sekolah. Sedangkan Tasalampo adalah singkatan dari Tanam Sayur Dalam Pot. Dua Kegiatan ini dilakukan oleh jenjang kelas yang berbeda. Taogalah dilaksakan oleh murid kelas tinggi, yaitu kelas IV, V, dan VI. Bekerja sama dengan Pembina Pramuka Jenjang Penggalang.

Untuk Tasalampo dilaksanakan oleh murid kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III. Kegiatan ini merupakan kolaborasi apik bersama Tim MPLS dan Pembina Pramuka jenjang Siaga.

            Tujuan kegiatan nini adalah memberi bekal wawasan dan keterampilan pada anak untuk memperkuat ketahanan pangan secara mandiri. Hal tersebut bisa dilakukan secara maksimal meskipun di lahan sempit. Beraneka tanaman obat dan sayur ditanam dalam pot berupa galon bekas. Tanaman obat antara lain jahe, sereh, kunir, laos, dan kencur tumbuh dengan baik. Sedangkan tanaman sayurnya berupa kangkung, terong, tomat, dan kembang kol.

            Kegiatan yang terakhir adalah Tampah Jaga. Akronim dari Tabungan Sampah Jadi Berharga. Kegiatan ini bermula dari keprihatinan banyaknya sampah botol plastik yang bertebaran. Akhirnya kami bekerja sama dengan Komite dan Paguyuban Kelas mengadakan gerakan kepedulian lingkungan dari sampah botol plastik.

            Kegiatan ini dikoordinir oleh paguyuban masing-masing kelas. Beruntungnya kami dibersamai oleh orang tua murid yang peduli dan mendukung terlaksanya kegiatan ini. Teknis pelaksanaannya adalah setiap hari Sabtu, setiap anak membawa sedikitnya satu botol plastik bekas. Botol tersebut dikumpulkan per kelas. Setelah satu bulan botol-botol tersebut dijual ke pedagang barang bekas. Penimbangan dan perolehan uangnya diberikan per kelas juga.

            Uang hasil penjualan tersebut dimanfaatakan untuk membeli pakan lele, membeli tanah dan pupuk untuk tanaman, serta untuk kebersihan dan keindahan kelas. Dengan cara ini, kelas bisa mendapatkan uang tanpa harus meminta pada orang tua. Selain membantu mengurangi sampah botol plastik di rumah, juga ada pemasukan untuk keperluan kelas.

            Jadi inilah ekoliterasi yang kami upayakan di sekolah sebagai bentuk mewujudkan Asta Cita yang dicanangkan Bapak Presiden. Sebuah langkah kecil yang semoga istikamah dan bisa mencapai destinasi akhir dengan baik. Hal ini selaras dengan jargon sekolah kami, Sekolahnya Pemimpin Dunia di Masa Depan.

Kami sudah memulai satu langkah kecil. Bagaimana dengan Anda?

Kragan, 4 Desember 2025 (11.12)


Catatan:

Galodo atau banjir bandang dalam bahasa Minangkabau


Previous Post Next Post