Refleksi Kemerdekaan Literasi: Dulu Negara Diserang Penjajah, Sekarang Ribuan Siswa SD Muhida Kompak “Menyerang” Perpustakaan Walidah

 

Refleksi Kemerdekaan Literasi: Dulu Negara Diserang Penjajah, Sekarang Ribuan Siswa SD Muhida Kompak “Menyerang” Perpustakaan Walidah

Oleh: Abdullah Makhrus

SORE Itu, 17 Juli 2025, ada sebuah pesan masuk di grup WA di gawai saya. Grupnya sepertinya baru saja dibuat. Nama grupnya, "Tim GLS Muhida". Tertulis undangan dengan isi yang singkat dan padat berbunyi: 

---

Kami mengundang Bapak/Ibu untuk hadir dalam Rapat Koordinasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang insyaAllah akan dilaksanakan pada:

🗓 Hari/Tanggal: Kamis, 17 Juli 2025

⏰ Pukul: 13.00 WIB

📍 Tempat: Adam Malik Meeting Room

Terimakasih ..

---

Saya mencoba menebak apa agenda rapat sore itu, Ternyata pimpinan menyampaikan sebuah evaluasi terkait menurunnya nilai Rapor Pendidikan sekolah, khususnya pada poin yang berkaitan dengan kemampuan siswa pada literasi. Tidak banyak sebenarnya perubahan pada data tersebut, namun itu menjadi kegelisahan tersendiri bagi pimpinan sekolah. 

Setelah pimpinan sekolah melakukan pencarian informasi di laman https://raporpendidikan.kemendikdasmen.go.id/ , didapatkan data yang terbaca jelas.

 

Paparan singkat disampaikan pimpinan sekolah. Tertera data rapor pendidikan terutama pada sorotan kemampuan literasi sekolah, ternyata hasilnya menurun. Secara data, kemampuan literasi berada pada posisi Baik(96,67%) namun dengan catatan menurun 3,33 dari tahun 2024. 

“Karena itu pimpinan sekolah menunjuk kakak Abdullah Makhrus sebagai Ketua Gerakan Literasi Sekolah(GLS) tahun ini. Selanjutnya, rapat akan dipimpin oleh ketua GLS. Silakan dimulai rapatnya,” Sesingkat itulah awal informasi rapat disampaikan oleh pimpinan.

Setelah itu, saya memimpin rapat bersama pimpinan berunding membentuk tim GLS dan memulai berdiskusi serius untuk memperbaiki kemampuan literasi siswa. Hasil diskusi disepakati bahwa untuk memperbaiki kemampuan literasi siswa, mau tidak mau harus dimulai dari membudayakan membaca buku. Bukan sekadar membaca, namun memahami bacaan dengan mengulas isi bukunya.

Bagaimana caranya? Kapan waktunya? Setelah berdiskusi  dan mencari solusi. Maka, diputuskan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tim GLS dan pimpinan sekolah menetapkan target jumlah minimal buku yang akan dibaca siswa dalam satu semester

2. Tim perpustakaan, GLS, UMSIDA, dan tim IT memberikan label buku pada bahan bacaan/buku sesuai usia siswa

3. Tim GLS Menjadwalkan kunjungan meminjam buku secara bergantian untuk semua kelas

4. Guru membuat jadwal khusus membaca 1 jam pelajaran buku non teks(non pelajaran) dalam setiap pekan

5. Siswa membuat resume/ulasan buku dan mengarsipkan hasil ulasan secara digital melalui aplikasi Muhida Smart Card(MSC) dibantu dan melibatkan peran serta orang tua.

6. Guru memberikan verifikasi hasil tulisan ulasan siswa

Paparan singkat dari pimpinan sekolah menyebutkan bahwa data rapor pendidikan terutama pada sorotan kemampuan literasi sekolah, ternyata hasilnya menurun. Secara data, kemampuan literasi berada pada posisi Baik(96,67%) namun dengan catatan menurun 3,33 dari tahun 2024.

“Karena itu pimpinan sekolah menunjuk kakak Abdullah Makhrus sebagai Ketua Gerakan Literasi Sekolah(GLS) tahun ini. Selanjutnya, rapat akan dipimpin oleh ketua GLS. Silakan dimulai rapatnya,”Singkat padat awal informasi rapat disampaikan oleh pimpinan.

Setelah itu, saya dan pimpinan berunding membentuk tim GLS dan memulai berdiskusi serius untuk memperbaiki kemampuan literasi siswa. Hasil diskusi disepakati bahwa untuk memperbaiki kemampuan literasi siswa, mau tidak mau harus dimulai dari membudayakan membaca buku. Bukan sekadar membaca, namun memahami bacaan dengan mengulas isi bukunya.

 Bagaimana caranya? Kapan waktunya? Setelah berdiskusi secara serius namun tetap dalam suasana santai. Maka, diputuskan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

 1.       Tim GLS dan pimpinan sekolah menetapkan target jumlah minimal buku yang akan dibaca siswa dalam satu semester

2.       Tim perpustakaan, GLS, UMSIDA, dan tim IT memberikan label buku pada bahan bacaan/buku sesuai usia siswa

3.       Tim GLS Menjadwalkan kunjungan meminjam buku secara bergantian untuk semua kelas

4.       Guru membuat jadwal khusus membaca 1 jam pelajaran buku non teks(non pelajaran) dalam setiap pekan

5.       Siswa membuat resume/ulasan buku dan mengarsipkan hasil ulasan secara digital melalui aplikasi Muhida Smart Card(MSC) dibantu dan melibatkan peran serta orang tua.

6.       Guru memberikan verifikasi hasil tulisan ulasan siswa

 Tahap pertama, pimpinan dan Tim GLS target membaca buku minimal 5-6 buku pada semester ganjil dan 4 buku di semester genap. Sehingga total dalam satu tahun, minimal anak-anak akan menyelesaikan membaca sebanyak 11 buku. Sekolah juga akan melakukan apresiasi dengan menentukan kelas manakah yang terbanyak dalam meminjam buku dalam tiap bulannya.

Tahap kedua, sekolah menyepakati melakukan langkah kerjasama dengan tim Abdimas UMSIDA yang menunjuk tenaga pustakawan di kampus UMSIDA. Aktifitas yang dilakukan adalah melibatkan tenaga ahli perpustakaan UMSIDA dibantu beberapa mahasiswa FKIP PGSD memberikan stiker label pada kover buku. Kegiatan ini ditargetkan selesai dilakukan dalam kurun waktu 1  pekan. https://library.umsida.ac.id/kolaborasi-edukatif-umsida-dan-sd-muhammadiyah-1-sidoarjo-bangun-akses-baca-yang-lebih-baik/

 

Label buku ini diklasifikasikan dengan kode huruf tertentu. Pembagiannya sebagai berikut:

Kode A dan B untuk bahan bacaan kelas 1 dan 2 dengan total 1.375 buku.

Kode C dan D untuk bahan bacaan kelas 3 dan 4 dengan total 2.672 buku.

Kode E dan F untuk bahan bacaan kelas 5 dan 6 dengan total 1.807 buku.


Sebenarnya, masih ada ribuan buku di kelas, namun karena target awal Agustus program harus segera berjalan, proses labeling untuk sementara diselesaikan untuk yang ada di koleksi perpustakaan. Selanjutnya secara bertahap akan dilakukan labelisasi untuk buku di pojok baca di kelas-kelas.

 

Tahap ketiga, tim GLS menjadwalkan peminjaman buku dengan dikawal oleh wali kelas.

Kelas 1-2: Pekan ke 1

Kelas 3-4: Pekan ke 2

Kelas 5-6: Pekan ke 3 dan berulang ke kelas 1-2 lagi di pekan berikutnya.

 

Kenapa perlu kami jadwalkan? Ini dilakukan guna menghindari kepadatan kerumunan peminjam buku jika ternyata bersamaan jadwal peminjaman bukunya. Pengerahan ribuan siswa untuk “menyerang” perpustakaan “Walidah Library” ini membuat suasana perpustakaan yang lebih ramai dari hari-hari peminjaman biasanya. 

Bahkan, sempat terjadi delapan kelas meminjam dalam waktu bersamaan. Namun, Alhamdulillah sistem digitalisasi perpustakaan membuat antrian peminjam tidak berlangsung lama karena petugas cukup melakukan scanning kode barcode pada label buku yang tertera sehingga proses peminjaman buku tiap siswa selesai dalam hitungan detik.

 

Perlu diketahui, selain jadwal peminjaman buku yang dikoordinir dan dikawal wali kelas, siswa tetap bisa tetap meminjam sendiri di waktu yang lain secara mandiri. Hal ini dikarenakan antusias siswa dalam meminjam buku sangat besar. 


Perpustakaan juga mengizinkan siswa meminjam lebih dari satu buku. "Pak, aku ingin membaca semua buku di perpustakaan," ucap Hunafa, salah satu siswa kelas 3 Abu Bakar, menyampaikan testimoni setelah berkunjung meminjam buku di Walidah Library SD Muhida.

Berikutnya... (bersambung)

 

 

Previous Post Next Post