Napak Tilas Spiritual: Rihlah Literasi Religi Warga Smanita
Oleh: Yupiter Sulifan
(Ketua Bidang Penulisan dan Editing Pengurus GBL Sidoarjo)
Berawal dari terbentuknya grup whatsap Khotmil Quran, keluarga besar SMAN 1 Taman ingin mengembangkan literasi religinya dengan melakukan perjalanan religi ke makam-makam aulia.
Sabtu, 6 Desember 2025 menjadi hari bersejarah bagi kami, rombongan 24 orang pendidik dan tenaga kependidikan SMANITA karena melaksanakan perjalanan spiritual dan literasi religi, ziarah ke lima makam para aulia yang dipercaya memiliki karomah di Jawa Timur.
Kelima aulia tersebut: Sunan Bonang (Tuban), Maulana Ibrahim Asmoro Qondi (Tuban), Sunan Drajat (Lamongan), Maulana Ishaq (Lamongan), dan Sunan Ampel (Surabaya).
Perjalanan dimulai pagi hari dari SMAN 1 Taman, dengan semangat mencari ilmu, meneladani sejarah, dan memperkuat iman sekaligus memperdalam literasi religius. Berikut catatan perjalanan dan makna dari setiap makam yang kami singgahi.
1. Ziarah ke Makam Sunan Bonang, Tuban
Perhentian pertama adalah kompleks makam Sunan Bonang di Desa Kutorejo, Tuban. Sunan Bonang adalah salah seorang anggota Wali Songo yang sangat dikenal karena dakwahnya memadukan ajaran Islam dengan seni lokal pewayangan dan gamelan sehingga Islam dapat diterima meluas di tanah Jawa.
Rombongan berhenti sejenak di pintu gerbang/gapura. Gapura Paduraksa ini cukup menarik karena memiliki bentuk yang khas dengan pintu masuk di bagian tengahnya dan ornamen yang bertingkat. Yang menarik, Gapura Paduraksa ini berhias dengan puluhan keramik aneka bentuk dan ukuran.
Memasuki pemukiman ziarah yang terletak tak jauh dari pusat kota Tuban, dekat Masjid Agung dan alun-alun. Kompleks ini terus terawat oleh juru pelihara yang ditunjuk untuk menjaga situs bersejarah ini.
Ziarah ke makam Sunan Bonang memberi kesempatan untuk mengenang perjuangan dakwahnya, sekaligus merefleksikan toleransi dan akulturasi budaya sebagai metode dakwah, yang bagi para guru bisa menjadi sumber inspirasi pendidikan karakter di sekolah.
2. Menghormati Maulana Ibrahim Asmoro Qondi
Langkah berikutnya adalah ziarah ke makam Maulana Ibrahim Asmoro Qondi di Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban dikenal sebagai ayah dari Sunan Ampel. Kompleks makam menyambut peziarah dengan gapura khas berwarna hijau-kuning, dihiasi tulisan Arab ‘Asy-Syaikh Maulana Ibrahim As-Samarqandi’.
Saat memasuki area makam, panorama Laut Jawa mulai terlihat di kejauhan suasana yang khusyuk mengajak introspeksi spiritual dan menghormati jasa para ulama pendahulu. Bagi rombongan SMAN 1 Taman, ini menjadi momen refleksi tentang akar keilmuan dan sejarah Islam di Jawa Timur serta penghormatan pada generasi pendahulu.
3. Menapak tilas ke Makam Sunan Drajat
Setelah masuk wilayah Lamongan, rombongan tiba di kompleks makam Sunan Drajat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran. Sunan Drajat, dengan nama kecil Raden Qasim, adalah putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Beliau dikenal dengan jiwa sosialnya yang tinggi mengajarkan Islam dengan kebaikan sosial, perhatian pada fakir miskin, dan pentingnya tolong-menolong.
Kompleks makam dilengkapi tiga teras: bagian depan untuk keluarga kerabat, bagian tengah untuk anak-menantu, dan bagian paling belakang sebagai cungkup makam Sunan Drajat beserta istrinya.
Selain ziarah, rombongan sempat belajar sejarah di Museum Sunan Drajat yang berada di lingkungan makam menyimpan koleksi benda sejarah peninggalan, dari perunggu, kayu jati, hingga artefak budaya.
Mengenal perjalanan hidup Sunan Drajat dan warisannya menguatkan rasa kebersamaan, toleransi, dan semangat berbagi nilai yang bisa dijadikan teladan bagi civitas SMAN 1 Taman dalam hidup bermasyarakat.
4. Sowan Makam Syekh Maulana Ishaq, Lamongan
Selain ziarah ke Sunan Drajat, rombongan juga singgah ke makam Maulana Ishaq meskipun informasi publik tentang makam ini tidak seluas makam wali besar, kunjungan menjadi bentuk penghormatan pada para ulama yang kontribusinya sering kurang tercatat, namun berharga untuk literasi sejarah Islam lokal.
Tidak sulit menemukan makam Syekh Maulana Ishaq. Secara umum, lokasi makam-makam wali di pesisir utara Jawa Timur, mulai dari Sunan Bonang (Tuban) sampai Sunan Giri (Gresik), dihubungkan Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) atau yang dikenal Jalan Daendels. Hal ini mempertegas bahwa budaya pesisir merupakan tonggak penting penyebaran Islam serta sendi infrastruktur perekonomian di Jawa.
Lokasi makam Syekh Maulana Ishaq terjangkau dari Jalan Daendels yang menjadi jalur penghubung makam Sunan Drajat dan Sunan Giri. Dari Jalan Dandels, peziarah cukup masuk jalan kampung yang berjarak beberapa ratus meter untuk sampai ke pesarean Syekh Maulana Ishaq. Tempatnya terletak di pinggir pantai, tepatnya sebelah barat Tanjung Pakis, tempat semula Syekh Maulana Ishaq berdiam diri.
5. Titik Akhir: Ziarah ke Makam Sunan Ampel, Surabaya
Perjalanan diakhiri di Surabaya, di kompleks Masjid Ampel dan makam Sunan Ampel yang dikenal sebagai salah seorang Wali Songo pertama yang menancapkan pijakan Islam di Jawa Timur.
Makam Sunan Ampel berada dalam lingkungan masjid, dengan nisan artistik, dibatasi pagar besi, tanpa cungkup megah menandakan kesederhanaan yang justru menegaskan keikhlasan beliau dalam berdakwah.
Rombongan menyusuri tiga gapura menuju makam melewati suasana tenang di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya. Banyak peziarah datang setiap hari, terutama pada malam-malam khusus di bulan Ramadhan, memanjatkan doa dan mengenang jasa Sunan Ampel.
Penutupan ziarah di Masjid Ampel menjadi momen refleksi spiritual mengingat akar sejarah Islam di Jawa Timur dan pentingnya pendidikan agama yang menekankan toleransi, kebersamaan, dan moderasi beragama.
Refleksi Literasi Religi
Rihlah ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan napak tilas spiritual dan literasi sejarah religi. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMAN 1 Taman, ziarah ke makam-makam aulia mengandung banyak makna:
- Mengenal sejarah penyebaran Islam di Jawa melalui figur nyata menguatkan akar budaya dan identitas lokal.
- Meneladani nilai toleransi, sosial, dan kesejahteraan seperti yang ditunjukkan oleh Sunan Drajat dan Sunan Ampel.
- Menyadari bahwa dakwah dan pendidikan bisa bersinergi dengan budaya seperti metode unik Sunan Bonang.
- Memupuk rasa syukur, rendah hati, dan keilmuan lewat penghormatan terhadap para ulama pendahulu.
Perjalanan ini diharapkan menjadi inspirasi nyata: bahwa literasi religius tidak hanya soal membaca kitab, tetapi juga menyusuri jejak para ulama, meresapi nilai keimanan dan kemanusiaan, lalu mentransformasinya ke dalam kegiatan pendidikan sehari-hari.
Dengan hati penuh hikmah dan pikiran terbuka, rombongan SMAN 1 Taman pulang membawa bekal spiritual dan literasi siap menebar manfaat, menyebar kebaikan, dan mendidik generasi penerus dengan semangat toleransi, pengetahuan, dan cinta tanah air. Semoga
Foto-foto : dokumentasi panitia
Rombongan Smanita yang melakukan rihlah literasi religi.
Gapura Paduraksa ini berhias dengan puluhan keramik asal Tiongkok kuno dengan aneka bentuk dan ukuran.
Rombongan peziarah ketika di makam Sunan Bonang, Tuban.
Sebelum kembali ke parkiran bus, rombongan menyempatkan diri berfoto depan masjid Agung Tuban.
Saat di makam Maulana Ibrahim Asmoro Qondi.
Gazebo di areal makam Maulana Ishaq tempat beristirahat peziarah.
Pinggir laut, tempat foto favorit peziarah di areal makam Maulana Ishaq.






