MULAI DARI MANA JIKA INGIN MENULIS?
_Oleh: Abdullah Makhrus_
"Langkah seribu selalu dimulai dari langkah pertama. Maka mulailah melangkah, agar perjalananmu bisa segera dihitung jumlah jejak langkahnya”(Cak Doel)
MEMBACA tulisan gurunda Abah Khoiri yang mengutip motto “Sit and Write” menggelitik dan mengompori saya untuk ikutan menulis. Apalagi kemarin saya mendapat sebuah pesan menarik.
Sebuah pesan dari anggota grup Whatsapp Gerakan Budaya Literasi(GBL) yang selalu mengintip tulisan yang bertebaran di dalam grup. Beliau ingin sekali menulis, namun bingung mau memulai dari mana.
Baiklah, bingung memulai dari mana adalah sebuah kendala yang lazim dan kerap dijadikan keluhan dan hambatan para penulis pemula. Saya dulu juga mengalami hal yang sama. Nah, kini saya akan berbagi cerita saja. Sebuah pengalaman yang dulu pernah saya lalui dalam perjalanan memulai menulis.
Sejatinya tidak perlu terlalu banyak ilmu menulis. Yang penting harus terus praktik menulis, menulis, dan menulis. Nanti disempurnakan pada tulisan-tulisan berikutnya sembari meminta masukan dari para penulis lainnya.
Pada mulanya saya memulai tulisan dari menjawab kata tanya yang kerap kita kenal dengan 5W1H. Apa sajakah itu? What, Who, Why, Where, When, dan How. Namun di antara kata tanya itu yang paling powerfull menurut salah satu guru saya adalah memulai dengan kata tanya Why.
Sekarang mari kita coba. Buat paragraf menggunakan kata Why alias mengapa. Mengapa kita perlu memulai menulis? Saya ingin mengutip kembali sebuah kalimat motivasi dari salah seorang penulis yang membandingkan antara menulis dan berbicara alias “ngobrol’.
Menurut Syarbaini Abu Hamzah: “Dengan bicara dalam sebuah obrolan, kita bisa menyampaikan 'keresahan' ini kepada sepuluh orang. Dengan bicara di sebuah forum kajian, kita bisa menyampaikannya pada seratus orang. Dan itupun, ucapan kita hanya bisa didengar di waktu itu dan tempat itu saja.
Namun, dengan menulis, kita bisa menyampaikan 'keresahan' ini pada ribuan, puluhan ribu, bahkan ratusan ribu orang. Tidak hanya di satu tempat dan di satu waktu, tapi tulisan kita bisa melintasi ruang dan waktu, bahkan melampaui umur kita.”
Nah, kata tanya Why sudah menjadi satu atau dua paragraf kan? Mari kita lanjutkan ke kata tanya What. Apa yang mau kita tulis? Sebenarnya banyak sekali bahan yang bisa ditulis. Mulai dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
Melihat sebuah kegiatan dengan membuat reportasenya. Menulis puisi sembari melamun dan berimajinasi. Atau menulis semua khayalan yang terlintas pada pikiran kita.
Tuh kan, sudah jadi satu paragraf lagi. Yuk coba uraikan lagi kata Who. Siapa sih tokoh yang ingin kita jadi rujukan sebagai guru menulis kita? Ini perlu dicari. Dengan memiliki tokoh yang akan kita tiru, kita akan senang membaca tulisannya dan selanjutnya menirunya meskipun jejak menirunya baru 1%.
Selanjutnya mari kita coba uraikan kata tanya When. Kapan sih kita akan memulai menulis jika masih pemula? Jawabnnya ya sekarang ini. Sempatkan waktu di antara 24 jam yang kita miliki. Jangan menunggu waktu luang, namun ciptakan peluang agar ada kesempatan menulis.
Kemudian kata Where? Dimana ya enaknya menulis? Terserah kita. Di gawai atau di laptop. Menulis di rumah atau di kantor? Cari saja tempat di mana saja. Yang penting nyaman bagi kita.
Terakhir, kata tanya How. Bagaimana cara memulainya? Tulis saja hal sederhana yang Anda kuasai dan anda senangi. Jika Anda senang kuliner, maka Anda bisa menulis cerita saat wisata kuliner. Jika Anda senang olah raga sepak bola. Anda bisa menulis bagaimana pemain itu bisa mencetak gol dengan sempurna.
Anda bisa memanfaatkan kata-kata tanya tersebut sebagai panduan dalam menulis tiap paragraf. Anda bisa memakai semuanya atau sebagian saja. Itu hanya contoh. Yang penting Anda perlu mencoba memulainya. Jika tidak segera dimulai menulisnya, lantas mau kapan jadi tulisannya? Yuk ah, gaskan...
_Oleh: Abdullah Makhrus_
"Langkah seribu selalu dimulai dari langkah pertama. Maka mulailah melangkah, agar perjalananmu bisa segera dihitung jumlah jejak langkahnya”(Cak Doel)
MEMBACA tulisan gurunda Abah Khoiri yang mengutip motto “Sit and Write” menggelitik dan mengompori saya untuk ikutan menulis. Apalagi kemarin saya mendapat sebuah pesan menarik.
Sebuah pesan dari anggota grup Whatsapp Gerakan Budaya Literasi(GBL) yang selalu mengintip tulisan yang bertebaran di dalam grup. Beliau ingin sekali menulis, namun bingung mau memulai dari mana.
Baiklah, bingung memulai dari mana adalah sebuah kendala yang lazim dan kerap dijadikan keluhan dan hambatan para penulis pemula. Saya dulu juga mengalami hal yang sama. Nah, kini saya akan berbagi cerita saja. Sebuah pengalaman yang dulu pernah saya lalui dalam perjalanan memulai menulis.
Sejatinya tidak perlu terlalu banyak ilmu menulis. Yang penting harus terus praktik menulis, menulis, dan menulis. Nanti disempurnakan pada tulisan-tulisan berikutnya sembari meminta masukan dari para penulis lainnya.
Pada mulanya saya memulai tulisan dari menjawab kata tanya yang kerap kita kenal dengan 5W1H. Apa sajakah itu? What, Who, Why, Where, When, dan How. Namun di antara kata tanya itu yang paling powerfull menurut salah satu guru saya adalah memulai dengan kata tanya Why.
Sekarang mari kita coba. Buat paragraf menggunakan kata Why alias mengapa. Mengapa kita perlu memulai menulis? Saya ingin mengutip kembali sebuah kalimat motivasi dari salah seorang penulis yang membandingkan antara menulis dan berbicara alias “ngobrol’.
Menurut Syarbaini Abu Hamzah: “Dengan bicara dalam sebuah obrolan, kita bisa menyampaikan 'keresahan' ini kepada sepuluh orang. Dengan bicara di sebuah forum kajian, kita bisa menyampaikannya pada seratus orang. Dan itupun, ucapan kita hanya bisa didengar di waktu itu dan tempat itu saja.
Namun, dengan menulis, kita bisa menyampaikan 'keresahan' ini pada ribuan, puluhan ribu, bahkan ratusan ribu orang. Tidak hanya di satu tempat dan di satu waktu, tapi tulisan kita bisa melintasi ruang dan waktu, bahkan melampaui umur kita.”
Nah, kata tanya Why sudah menjadi satu atau dua paragraf kan? Mari kita lanjutkan ke kata tanya What. Apa yang mau kita tulis? Sebenarnya banyak sekali bahan yang bisa ditulis. Mulai dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
Melihat sebuah kegiatan dengan membuat reportasenya. Menulis puisi sembari melamun dan berimajinasi. Atau menulis semua khayalan yang terlintas pada pikiran kita.
Tuh kan, sudah jadi satu paragraf lagi. Yuk coba uraikan lagi kata Who. Siapa sih tokoh yang ingin kita jadi rujukan sebagai guru menulis kita? Ini perlu dicari. Dengan memiliki tokoh yang akan kita tiru, kita akan senang membaca tulisannya dan selanjutnya menirunya meskipun jejak menirunya baru 1%.
Selanjutnya mari kita coba uraikan kata tanya When. Kapan sih kita akan memulai menulis jika masih pemula? Jawabnnya ya sekarang ini. Sempatkan waktu di antara 24 jam yang kita miliki. Jangan menunggu waktu luang, namun ciptakan peluang agar ada kesempatan menulis.
Kemudian kata Where? Dimana ya enaknya menulis? Terserah kita. Di gawai atau di laptop. Menulis di rumah atau di kantor? Cari saja tempat di mana saja. Yang penting nyaman bagi kita.
Terakhir, kata tanya How. Bagaimana cara memulainya? Tulis saja hal sederhana yang Anda kuasai dan anda senangi. Jika Anda senang kuliner, maka Anda bisa menulis cerita saat wisata kuliner. Jika Anda senang olah raga sepak bola. Anda bisa menulis bagaimana pemain itu bisa mencetak gol dengan sempurna.
Anda bisa memanfaatkan kata-kata tanya tersebut sebagai panduan dalam menulis tiap paragraf. Anda bisa memakai semuanya atau sebagian saja. Itu hanya contoh. Yang penting Anda perlu mencoba memulainya. Jika tidak segera dimulai menulisnya, lantas mau kapan jadi tulisannya? Yuk ah, gaskan...